MathGPT.ai, Tutor AI “Anti-Cheat” yang Dipakai di 50+ Kampus
- Rita Puspita Sari
- •
- 30 Agt 2025 01.45 WIB

Ilustrasi MathGPT.ai
Pemanfaatan Artifcial Intelligence (AI) di ruang kelas semakin meluas. Mahasiswa kerap menggunakannya untuk mengerjakan tugas, sementara para dosen masih mencari cara terbaik untuk menyikapi fenomena ini. Di tengah situasi tersebut, hadir sebuah platform AI bernama MathGPT.ai, yang digadang-gadang sebagai “tutor anti-cheating” bagi mahasiswa sekaligus asisten pengajar bagi dosen.
Diluncurkan pada tahun lalu, MathGPT.ai langsung menarik perhatian dunia pendidikan tinggi karena menawarkan pendekatan berbeda dari chatbot AI lainnya. Alih-alih memberikan jawaban instan, platform ini mendorong mahasiswa untuk berpikir kritis melalui teknik Socratic questioning, yaitu metode bertanya yang memancing mahasiswa menemukan sendiri jawabannya.
Kini, setelah sukses menjalani uji coba di 30 kampus dan universitas di Amerika Serikat, MathGPT.ai memperluas jangkauannya hingga lebih dari 50 institusi pendidikan. Beberapa universitas ternama yang sudah mengadopsinya antara lain Penn State University, Tufts University, dan Liberty University.
Cara Kerja MathGPT.ai: Bukan Sekadar Memberi Jawaban
Hal paling menarik dari MathGPT.ai adalah cara chatbot ini berinteraksi dengan mahasiswa. Tidak seperti ChatGPT atau AI sejenis yang langsung memberi jawaban, MathGPT.ai justru memberikan arahan, petunjuk, serta pertanyaan lanjutan. Dengan begitu, mahasiswa tetap aktif mencari solusi, bukan hanya menyalin hasil akhir.
Pendekatan ini diharapkan mampu mengurangi praktik curang (cheating) sekaligus meningkatkan kemampuan analisis mahasiswa. Dalam konteks pendidikan matematika, yang memang menuntut logika dan penalaran, strategi ini dianggap lebih efektif dibanding sekadar hafalan rumus.
Selain itu, MathGPT.ai juga berfungsi sebagai asisten dosen. Sistem ini dapat membuat soal latihan, menyusun tugas, hingga melakukan penilaian otomatis (auto-grading). Dosen cukup mengunggah materi ajar atau buku teks, lalu AI akan menyesuaikan soal dengan topik yang dipelajari.
Saat ini, cakupan mata kuliah yang didukung masih terbatas pada matematika tingkat perguruan tinggi, seperti Aljabar, Kalkulus, dan Trigonometri. Namun, rencana ekspansi ke mata kuliah lain sudah mulai dipersiapkan.
Versi Baru: Lebih Fleksibel untuk Dosen
Seiring dengan ekspansinya, MathGPT.ai juga meluncurkan versi terbaru dengan fitur yang memberi dosen kendali lebih besar. Pendekatan ini disebut instructor-centric approach, yaitu fokus pada kebutuhan dan kontrol pengajar.
Melalui fitur baru ini, dosen bisa mengatur kapan mahasiswa boleh berinteraksi dengan chatbot. Misalnya, mahasiswa hanya diperbolehkan menggunakan AI untuk latihan soal, tetapi tidak untuk mengerjakan ujian.
Ada juga pengaturan jumlah percobaan yang bisa dilakukan mahasiswa dalam menjawab soal. Fitur ini dinilai dapat mengurangi tekanan, karena mahasiswa bisa berlatih sebanyak yang mereka mau tanpa takut nilai turun.
Selain itu, dosen dapat mewajibkan mahasiswa mengunggah foto hasil kerja mereka. Fitur ini membantu verifikasi keaslian pekerjaan dan mencegah praktik copy-paste dari AI.
Dengan kombinasi fleksibilitas dan pengawasan, platform ini mencoba menjembatani kebutuhan mahasiswa yang ingin belajar dengan bantuan teknologi sekaligus menjaga integritas akademik.
Integrasi dengan LMS dan Fitur Aksesibilitas
Untuk meningkatkan kenyamanan penggunaan, MathGPT.ai kini telah terintegrasi dengan tiga Learning Management System (LMS) terbesar: Canvas, Blackboard, dan Brightspace. Integrasi ini memudahkan dosen mengatur tugas, menilai, dan memantau perkembangan mahasiswa langsung dari LMS yang sudah biasa mereka gunakan.
Selain itu, MathGPT.ai juga memperhatikan aspek aksesibilitas. Platform ini sudah mendukung screen reader dan mode audio, sehingga ramah bagi mahasiswa penyandang disabilitas.
Fitur lain yang tak kalah menarik adalah closed captions untuk video pembelajaran. Bahkan, narasi video disajikan dengan suara AI yang meniru tokoh sejarah terkenal, seperti Benjamin Franklin dan Albert Einstein. Perusahaan juga memastikan platformnya mematuhi regulasi ADA (Americans with Disabilities Act), sehingga bisa diakses lebih inklusif.
Keamanan dan Batasan Konten
Berbeda dari chatbot populer seperti ChatGPT, Meta AI, atau Character.AI yang kadang dikritik karena percakapan keluar jalur, MathGPT.ai menerapkan batasan ketat untuk menjaga lingkungan belajar tetap aman.
“Chatbot ini tidak akan membicarakan pacar Anda, pasangan Anda, atau makna hidup,” tegas Peter Relan, Chairman MathGPT.ai, dikutip dari TechCrunch. Relan menekankan bahwa sistem ini memang dirancang murni untuk pendidikan.
Dengan pembatasan tersebut, MathGPT.ai berusaha membedakan diri dari chatbot lain yang lebih bersifat hiburan atau percakapan bebas. Fokus utamanya tetap pada proses belajar yang sehat, terarah, dan produktif.
Risiko Kesalahan Masih Ada
Meski terkesan ideal, MathGPT.ai tetap tidak lepas dari risiko. Seperti chatbot AI lainnya, sistem ini berpotensi memberikan informasi yang salah atau menimbulkan fenomena “halusinasi AI”.
Untuk mengantisipasi hal ini, setiap jawaban AI selalu dilengkapi catatan peringatan. Mahasiswa bahkan bisa melaporkan kesalahan yang mereka temukan. Menariknya, MathGPT.ai memberikan reward berupa gift card bagi pelapor yang valid.
“Di tahun pertama, ada lima kasus kesalahan. Tahun kedua, turun jadi satu. Tahun ini, sejauh ini belum ada,” ungkap Relan.
Selain itu, MathGPT.ai memiliki tim anotator manusia yang secara rutin meninjau soal, materi ajar, dan buku teks untuk memastikan akurasi.
Rencana Ekspansi ke Mata Kuliah Lain
Untuk ke depan, MathGPT.ai tidak hanya ingin terbatas pada matematika. Perusahaan berencana memperluas cakupan ke mata kuliah lain yang juga menuntut logika dan analisis, seperti kimia, ekonomi, hingga akuntansi.
Mereka juga tengah mengembangkan aplikasi mobile agar akses lebih fleksibel. Dengan begitu, mahasiswa bisa berlatih di mana saja tanpa harus membuka laptop atau komputer.
Skema Penggunaan: Gratis dan Berbayar
MathGPT.ai menawarkan dua opsi penggunaan:
- Versi Gratis: mencakup fitur dasar yang cukup membantu mahasiswa belajar.
- Versi Berbayar: seharga $25 per mahasiswa per mata kuliah, dengan fitur tambahan seperti tugas berbasis AI tanpa batas dan integrasi penuh dengan LMS.
Dengan model ini, MathGPT.ai mencoba menjangkau lebih banyak mahasiswa yang membutuhkan bantuan belajar, sekaligus memberi opsi premium bagi institusi atau pengguna yang ingin mendapatkan manfaat maksimal.
Dampak Bagi Dunia Pendidikan
Hadirnya MathGPT.ai menjadi contoh bagaimana AI bisa diarahkan secara positif untuk pendidikan. Alih-alih menjadi “jalan pintas” yang memicu kecurangan akademik, platform ini justru mengajarkan keterampilan berpikir kritis.
Bagi dosen, MathGPT.ai adalah alat bantu yang meringankan beban, terutama dalam hal membuat soal, memeriksa jawaban, hingga memantau perkembangan mahasiswa. Sementara bagi mahasiswa, platform ini memberi kesempatan belajar tanpa tekanan nilai, sekaligus menumbuhkan rasa percaya diri dalam memahami konsep yang sulit.
Jika ekspansi ke lebih banyak kampus berjalan mulus, MathGPT.ai berpotensi menjadi standar baru dalam pembelajaran berbasis AI di tingkat perguruan tinggi.
MathGPT.ai menunjukkan bahwa AI tidak selalu identik dengan kecurangan atau solusi instan. Dengan pendekatan yang tepat, teknologi ini justru bisa menjadi mitra strategis dalam dunia pendidikan.
Saat mahasiswa dihadapkan pada AI yang tidak memberi jawaban langsung, tetapi mengarahkan dengan pertanyaan, mereka dipaksa untuk berpikir, menganalisis, dan memahami. Inilah nilai lebih dari MathGPT.ai: bukan hanya sekadar alat bantu, tetapi juga pendorong lahirnya generasi yang lebih kritis dan siap menghadapi tantangan masa depan.