Apa Itu Hyperparameter Tuning? Cara Kerja dan Contohnya


Ilustrasi Machine Learning

Ilustrasi Machine Learning

Hyperparameter tuning merupakan bagian krusial dalam proses pengembangan model machine learning, tetapi sering kali menjadi aspek yang kurang dipahami oleh pemula. Dalam dunia Artificial Intelligence (AI) dan machine learning (ML), proses ini bisa diibaratkan seperti menyetel mesin mobil balap sebelum bertanding. Tanpa penyetelan yang tepat, mobil mungkin masih bisa melaju, tetapi kecepatannya tidak akan maksimal dan performanya bisa mengecewakan.
Jadi, apa sebenarnya yang dimaksud dengan hyperparameter tuning? Mengapa ia begitu penting? Bagaimana cara kerjanya, dan apa perbedaannya dengan parameter yang dipelajari model? 

 

Apa Itu Hyperparameter Tuning?

Secara sederhana, hyperparameter tuning adalah proses pencarian kombinasi nilai hyperparameter terbaik yang bisa menghasilkan performa model machine learning paling optimal. Tujuannya adalah untuk meminimalkan kesalahan prediksi (loss function) dan meningkatkan akurasi hasil prediksi model.

Hyperparameter sendiri adalah variabel pengaturan yang harus ditentukan sebelum proses pelatihan (training) model dimulai. Mereka bukan bagian dari data yang dipelajari, melainkan ditetapkan oleh manusia—biasanya oleh ilmuwan data atau machine learning engineer—berdasarkan eksperimen dan pengalaman.
Proses tuning ini bersifat eksperimen. Artinya, kita harus mencoba berbagai kombinasi nilai hyperparameter, mengamati hasilnya, lalu memilih yang memberikan performa terbaik.

 

Contoh Hyperparameter dalam Machine Learning

Setiap algoritma machine learning memiliki set hyperparameter tersendiri. Berikut adalah beberapa contoh:

  • Neural Network: jumlah neuron per lapisan, jumlah lapisan tersembunyi, learning rate, batch size.
  • Support Vector Machine (SVM): ukuran kernel, jenis kernel (linear, RBF, polynomial), regularisasi (C).
  • Decision Tree dan Random Forest: kedalaman maksimum trees (max depth), jumlah trees, minimum sampel per split.
  • K-Nearest Neighbors (KNN): jumlah tetangga (k), metrik jarak yang digunakan (Euclidean, Manhattan).

Masing-masing hyperparameter tersebut memengaruhi cara model belajar dari data, dan akhirnya menentukan seberapa baik hasil yang dihasilkan.

 

Apa Itu Hyperparameter? Dan Apa Bedanya dengan Parameter Model?

Untuk memahami lebih dalam, penting untuk membedakan antara hyperparameter dan parameter model.

Aspek Hyperparameter Parameter Model
Siapa yang menentukan Ditentukan oleh manusia sebelum pelatihan Dipelajari otomatis oleh model dari data
Waktu penentuan Sebelum training dimulai Selama proses training berlangsung
Contoh Learning rate, jumlah neuron, max depth Bobot (weights) dan bias pada neural net


Contohnya dalam neural network, bobot koneksi antar neuron akan diperbarui selama pelatihan berdasarkan data latih. Sementara itu, jumlah neuron dan learning rate adalah pengaturan yang harus ditentukan di awal—ini disebut hyperparameter.

 

Mengapa Hyperparameter Tuning Penting?

Hyperparameter tuning bukan sekadar langkah tambahan. Ia memainkan peran vital dalam:

  1. Meningkatkan Akurasi Model
    Kombinasi nilai hyperparameter yang tepat bisa membuat model menghasilkan prediksi yang lebih akurat. Misalnya, learning rate yang terlalu tinggi bisa membuat model "loncat-loncat" dan tidak stabil, sementara yang terlalu kecil membuat proses belajar terlalu lambat.

  2. Mencegah Overfitting dan Underfitting
    Dua masalah utama dalam machine learning adalah:

    • Overfitting: Model terlalu menyesuaikan diri dengan data latih dan gagal menghadapi data baru.
    • Underfitting: Model terlalu sederhana dan tidak mampu menangkap pola dalam data.

    Hyperparameter tuning dapat membantu mengatur kompleksitas model agar tidak terlalu rumit (menghindari overfitting) atau terlalu sederhana (menghindari underfitting).
  3. Menghemat Sumber Daya Komputasi
    Model yang disetel dengan baik akan belajar lebih efisien, tidak membuang-buang waktu, daya komputasi, atau memori. Ini sangat penting dalam proyek-proyek besar, seperti pelatihan model AI generatif atau Large Language Models (LLMs), yang memerlukan infrastruktur kuat dan biaya tinggi.

Hyperparameter untuk Regularisasi
Salah satu aspek penting dari hyperparameter adalah dalam regularisasi—strategi untuk mencegah overfitting. Hyperparameter regularisasi mengatur seberapa fleksibel model dalam menyesuaikan diri terhadap data.

Contoh teknik regularisasi meliputi:

  • L1 dan L2 regularization: Digunakan pada model regresi atau neural network.
  • Dropout rate: Digunakan dalam deep learning untuk menonaktifkan sebagian neuron selama pelatihan.

Pengaturan regularisasi harus seimbang. Jika terlalu ketat, model akan underfitting. Jika terlalu longgar, bisa overfitting.

 

Menyeimbangkan Bias dan Variance

Tujuan akhir hyperparameter tuning adalah menemukan keseimbangan yang tepat antara bias dan variance:

Istilah Penjelasan
Bias Kesalahan karena model terlalu sederhana dan gagal memahami pola dalam data.
Variance Kesalahan karena model terlalu kompleks dan hanya bagus pada data latih saja.

Model yang ideal adalah yang memiliki bias rendah dan variance rendah, artinya:

  • Hasil prediksi akurat.
  • Konsisten saat digunakan pada data baru.

Proses tuning yang baik akan membantu mencapai kondisi ini.

 

Bagaimana Cara Kerja Hyperparameter Tuning?

Ada berbagai pendekatan yang dapat digunakan untuk menyetel hyperparameter. Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri, tergantung pada kebutuhan, waktu, dan sumber daya komputasi yang tersedia. Berikut ini adalah metode-metode paling umum yang digunakan oleh para ilmuwan data:

  1. Grid Search
    Grid search adalah metode paling dasar namun menyeluruh dalam hyperparameter tuning. Caranya, ilmuwan data menentukan semua nilai yang mungkin untuk setiap hyperparameter, kemudian mencoba semua kombinasi yang ada satu per satu.

    Contoh Analogi:
    Grid search seperti mencoba semua kombinasi PIN untuk membuka kunci—dari 0000 hingga 9999—hingga menemukan yang tepat.

    Kelebihan:

    • Menjamin semua kombinasi dicoba.
    • Bisa memberikan hasil yang sangat akurat jika dilakukan dengan baik.

    Kekurangan:

    • Sangat memakan waktu dan sumber daya komputasi, terutama jika kombinasi terlalu banyak.
    • Tidak efisien untuk ruang hyperparameter yang besar.
  2. Random Search
    Berbeda dari grid search, random search tidak mencoba semua kemungkinan. Ilmuwan data hanya menentukan rentang atau distribusi nilai dari hyperparameter, lalu sistem memilih nilai-nilai secara acak dari rentang tersebut.

    Model akan dibangun berdasarkan kombinasi acak yang dipilih, dan hasilnya dievaluasi. Proses ini diulang berkali-kali hingga didapat hasil terbaik.

    Kelebihan:

    • Lebih cepat dan ringan daripada grid search.
    • Cocok untuk ruang pencarian yang sangat besar.
    • Bisa mendekati hasil optimal dengan waktu lebih efisien.

    Kekurangan:

    • Tidak ada jaminan menemukan kombinasi terbaik.
    • Hasilnya bisa berubah-ubah tergantung hasil acakan.
  3. Bayesian Optimization
    Bayesian optimization adalah metode lanjutan yang cerdas. Ia tidak asal mencoba seperti random atau grid search, melainkan belajar dari hasil sebelumnya. Metode ini termasuk dalam kelompok SMBO (Sequential Model-Based Optimization), yang menggunakan model probabilistik untuk memprediksi kombinasi hyperparameter terbaik berikutnya.

    Bagaimana Cara Kerjanya?
    Bayesian optimization menggunakan model pengganti (surrogate model), seperti Gaussian Process, untuk memperkirakan hasil dari kombinasi baru tanpa benar-benar mencobanya. Ini membuat proses tuning jauh lebih cepat dan efisien.

    Kelebihan:

    • Sangat efisien dalam penggunaan waktu dan komputasi.
    • Belajar dari percobaan sebelumnya untuk membuat prediksi lebih baik.

    Kekurangan:

    • Lebih kompleks secara teknis.
    • Membutuhkan pemahaman lebih dalam untuk implementasi dan penyesuaian.
  4. Hyperband: Menggabungkan Kecepatan dan Efisiensi
    Hyperband adalah metode yang relatif baru dan dikembangkan untuk mempercepat proses tuning tanpa mengorbankan kualitas. Metode ini menggunakan prinsip early stopping—menghentikan lebih awal konfigurasi yang tidak menjanjikan, dan hanya melanjutkan konfigurasi yang menunjukkan hasil baik.

    Metode ini bekerja dengan teknik bernama successive halving:

    • Dimulai dengan sejumlah besar konfigurasi hyperparameter.
    • Setelah satu putaran pelatihan, 50% yang berkinerja terburuk dieliminasi.
    • Proses ini diulang hingga tersisa satu kombinasi terbaik.

    Kelebihan:

    • Sangat hemat waktu dan sumber daya.
    • Efisien dalam menyaring model buruk sejak awal.

    Kekurangan:

    • Risiko mengeliminasi konfigurasi yang lambat namun menjanjikan terlalu cepat.


Contoh Hyperparameter dalam Machine Learning 

Dalam dunia machine learning (ML), keberhasilan sebuah model tidak hanya bergantung pada data dan algoritma, tetapi juga pada bagaimana kita mengatur hyperparameter. Berikut ini adalah contoh-contoh hyperparameter dalam berbagai algoritma populer di machine learning, mulai dari neural networks, SVM (Support Vector Machine), hingga XGBoost.

  • Hyperparameter dalam Neural Network (Jaringan Saraf)
    Neural network adalah model ML yang terinspirasi dari cara kerja otak manusia. Model ini terdiri dari node atau simpul yang saling terhubung dan saling mengirim sinyal. Di bawah ini adalah beberapa hyperparameter penting yang digunakan dalam pelatihan jaringan saraf.

    • Learning Rate (Tingkat Pembelajaran)
      Learning rate mengatur seberapa cepat model mengubah parameter (misalnya bobot dan bias) selama proses pelatihan. Ini merupakan salah satu hyperparameter paling krusial.
      • Learning rate tinggi: model belajar cepat, tetapi bisa menyebabkan pelatihan menjadi tidak stabil dan berujung pada hasil yang melenceng.
      • Learning rate rendah: model belajar lambat, tetapi lebih cenderung mencapai hasil yang stabil dan akurat.
      Contohnya terlihat pada algoritma gradient descent, di mana nilai learning rate menentukan besar langkah tiap iterasi menuju nilai error minimum.
    • Learning Rate Decay
      Merupakan penurunan learning rate secara bertahap seiring waktu. Di awal pelatihan, model belajar lebih cepat; menjelang akhir, model menjadi lebih hati-hati. Ini membantu proses konvergensi, yaitu pencapaian titik stabil dalam pelatihan.
    • Batch Size
      Batch size adalah jumlah data yang diproses sebelum model memperbarui parameternya.
      • Batch besar: pelatihan lebih cepat, tetapi akurasinya bisa turun.
      • Batch kecil: lebih akurat, tetapi memerlukan waktu lebih lama.
      Pemilihan batch size yang tepat harus seimbang dengan learning rate agar model tidak terlalu cepat ataupun terlalu lambat belajar.
    • Jumlah Hidden Layer
      Hidden layer adalah lapisan tersembunyi di antara input dan output. Jumlah layer menentukan kedalaman jaringan saraf.
      • Sedikit layer: model lebih cepat dan sederhana.
      • Banyak layer: bisa menangkap pola kompleks (deep learning), tapi memakan waktu dan bisa overfitting.
    • Jumlah Neuron per Layer
      Neuron di tiap layer menentukan lebar jaringan. Semakin banyak neuron, semakin kompleks representasi yang bisa dipelajari. Tapi, semakin besar risiko overfitting.
    • Momentum
      Momentum mempercepat pembelajaran dengan mempertahankan arah pembaruan parameter dari iterasi sebelumnya. Ini membantu menghindari jebakan lokal minimum. Nilai awalnya biasanya kecil, lalu dinaikkan perlahan untuk menjaga kestabilan pembelajaran.
    • Epoch
      Epoch mengacu pada berapa kali seluruh dataset dilalui selama pelatihan.
      • Lebih banyak epoch, bisa menghasilkan model lebih akurat.
        Tapi terlalu banyak epoch juga bisa menyebabkan overfitting.
    • Activation Function
      Fungsi aktivasi membuat jaringan saraf mampu memodelkan hubungan non-linear. Tanpa ini, jaringan hanya bisa menyelesaikan masalah linear.
      Beberapa fungsi aktivasi yang umum:
      • ReLU: paling populer dan efisien.
      • Sigmoid: cocok untuk keluaran berbentuk probabilitas.
      • Tanh: digunakan untuk data dengan range negatif dan positif.
  • Hyperparameter dalam SVM (Support Vector Machine)
    SVM adalah algoritma ML yang digunakan untuk klasifikasi, regresi, dan deteksi anomali. SVM mencari garis atau bidang pemisah terbaik antar kelas data.

    • C (Regularization Parameter)
      Parameter C mengontrol toleransi terhadap kesalahan klasifikasi.
      • C kecil: lebih toleran terhadap kesalahan, menghasilkan margin lebar tetapi bisa mengorbankan akurasi.
      • C besar: margin sempit dan lebih akurat, tapi lebih rawan overfitting.
    • Kernel
      Kernel adalah fungsi yang mengubah data ke dalam bentuk ruang fitur yang memungkinkan data yang tidak linear bisa dipisahkan.
      Jenis-jenis kernel:
      • Linear: cepat dan cocok untuk data linear.
      • Polynomial dan RBF (Radial Basis Function): bagus untuk data non-linear dan kompleks.
      • Sigmoid: mirip fungsi aktivasi neural network.
        Pemilihan kernel yang tepat sangat penting untuk performa SVM.
    • Gamma
      Gamma mengatur pengaruh satu data training terhadap garis pemisah.
      • Gamma tinggi: setiap titik data berpengaruh besar → bisa overfitting.
      • Gamma rendah: pengaruh data kecil → model bisa terlalu sederhana.
  • Hyperparameter dalam XGBoost
    XGBoost (Extreme Gradient Boosting) adalah salah satu algoritma ensemble paling kuat dan efisien dalam kompetisi ML. Ia bekerja dengan membangun banyak trees keputusan kecil yang saling memperbaiki kesalahan satu sama lain.

    • learning_rate
      Mengontrol seberapa besar model berubah pada tiap iterasi.
      • Nilai kecil → pelatihan lebih lambat, tetapi stabil.
      • Nilai besar → cepat, tapi bisa overfitting.
      Biasanya berada di antara 0.01 – 0.3.
    • n_estimators
      Jumlah total trees yang dibangun selama pelatihan. Di versi asli XGBoost disebut num_boost_rounds, sementara pada scikit-learn disebut n_estimators.
      • Nilai besar → model lebih kompleks.
      • Tapi jumlah terlalu banyak bisa memperbesar waktu pelatihan dan overfitting.
    • max_depth
      Mengatur kedalaman maksimum tiap trees.
      trees lebih dalam → bisa mengklasifikasi data lebih akurat.
      Tapi semakin dalam, semakin rentan terhadap overfitting.
    • min_child_weight
      Jumlah data minimum yang dibutuhkan untuk membuat percabangan baru.
      • Nilai kecil → banyak trees terbentuk, bisa overfitting.
      • Nilai besar → trees tumbuh terbatas, model lebih general.
    • subsample dan colsample_bytree
      • subsample: fraksi data training yang dipakai dalam tiap iterasi.
      • colsample_bytree: fraksi fitur yang digunakan per trees.
      Ini berfungsi seperti regularisasi, mencegah model menghapal data.

 

Kesimpulan

Hyperparameter tuning adalah bagian vital dari pengembangan model machine learning. Tanpa proses ini, model akan bekerja secara sub-optimal, bisa overfitting atau underfitting, dan menghasilkan prediksi yang tidak akurat.
Proses ini memerlukan ketelitian, eksperimen berulang, dan pemahaman mendalam terhadap model yang digunakan. Namun, hasilnya sangat sepadan: model yang lebih efisien, lebih akurat, dan siap digunakan di dunia nyata.

Bagi siapa pun yang ingin mendalami machine learning, memahami dan menguasai teknik hyperparameter tuning adalah langkah penting menuju keberhasilan. Karena dalam dunia AI yang kompleks, detail kecil seperti nilai learning rate atau jumlah neuron bisa menjadi penentu utama performa.

Bagikan artikel ini

Komentar ()

Video Terkait